JENIS-JENIS
TEKNIK NONTES
’’MAKALAH’’
Di
buat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Penilaian Hasil Belajar Kimia
Dosen Pembimbing : Drs. Alex. A.
Lepa. M.Si.
Catur
.F. Djarwo. S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Credo Aser E. Swom (0100140378)
Habidah (0110140052)
Nunik
Indri Astuti (0110140056)
Nurul
Ainiyah (0110140195)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
CENDERAWASIH
JAYAPURA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga makalah
yang berjudul “Jenis-jenis Teknik Nontes”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Penilaian Hasil Belajar Kimia dan untuk menambah wawasan
tentang materi Jenis-jenis Teknik Nontes.
Makalah ini di tulis dari buku panduan serta informasi dari situs web
dan media massa yang berhubungan dengan Jenis-jenis Teknik Nontes. Taklupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Drs. Alex .A.
Lepa., M.Si. dan Ibu Catur Fajarwo, S.Pd., M.Pd.
sebagai pengajar mata kuliah Penilaian Hasil Belajar Kimia atas bimbingan dan arahan yang telah di berikan.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua. Dalam hal ini dapat menambah wawasan mengenai Jenis-jenis
Teknik Nontes.
Makalah ini memang masih jauh dari sempurna maka
sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.
Jayapura, September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL…………………………………………………….
KATA
PENGANTAR ……………………………….………………......
DAFTAR
ISI …………………………………………………………….
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………...…….
B. Perumusan Masalah ……………………………………........
C. Tujuan Penulisan .……………………………………….......
BAB
II. PEMBAHASAN
A. Teknik Observasi …………………………………………….
B. Teknik
Wawancara / Interview……………………………….
C. Kuesioner / Angket…………………………………………...
D. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analisis)…………….
E. Sosiometri ……………………………………………………
F. Study kasus (case study).……………………………………..
BAB
III. PENUTUP
A. Kesimpulan ………….…………………………....................
B. Saran ………………………………………………………...
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………….
|
I
ii
iii
1
2
2
4
9
11
15
15
19
21
21
22
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya siswa, pengelola sekolah, lingkungan, kualitas
pengajaran, kurikulum dan sebagainya (Suhartoyo, 2005). Usaha peningkatan
pendidikan bisa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem
evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan, sistem pembelajaran yang baik
akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya sistem penilaian
yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan
memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik (Mardapi, 2003). Sehubungan
dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya
mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik.
Evaluasi
merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakunya.
Sebagai calon
guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas dan wawasan
yang luas untuk memahami peserta didik. Kemudian, kita juga harus mengerti
psikokologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dalam kesulitan belajar dan
keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu. Untuk itu kita harus mengetahui
tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik.
Kegiatan
mengukur, menilai, dan mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan.
Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang
dibutuhkan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana.
Contohnya dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan
pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses evaluasi tersebut.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk
tes dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya
alat dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih
ada teknik lain yakni teknik “non tes”. Tehnik ini
berguna untuk mengukur keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar yang
tidak dapat diukur dengan alat tes. Penggunaan tehnik ini dalam evaluasi
pembelajaran terutama karena banyak aspek kemampuan siswa yang sulit diukur
secara kuantitatif dan mencakup objektifitas. Sasaran teknik ini adalah
perbuatan, ucapan, kegiatan, pengalaman,tingkah laku, riwayat hidup, dan
lain-lain.
Dalam makalah
ini, akan disajikan beberapa hal tentang teknik evaluasi yang dapat digunakan
dalam penilaian terhadap anak didik. Adapun teknik yang akan dijelaskan dalam
makalah ini adalah teknik non-tes. Salah satu teknik yang sangat membantu dalam
penilaian terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan siswa.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini yaitu :
1. Apa
pengertian teknik nontes itu ?
2. Apa
saja jenis-jenis teknis nontes tersebut?
C.
Tujuan
Penulisan
Selain sebagai salah satu tugas mata kuliah Penilaian Hasil Belajar
Kimia yang diberikan oleh dosen pembimbing, berdasarkan rumusan masalah di
atas, adapun tujuan lain dari makalah ini yaitu
·
Untuk mengetahui
pengertian dan jenis-jenis teknik nontes
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik nontes
merupakan prosedur pengumpulan data untuk memperoleh gambaran terutama mengenai
karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa yang bersifat kualitatif. Selama
ini teknik nontes kurang digunakan dibandingkan teknik tes. Dalam proses
pembelajaran, pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes.
Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan siswa.
Fungsi dari
penilaian non test adalah sebagai berikut:
1. Alat
untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional.
2. Umpan
balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, perbaikan mungkin dilakukan dalam
hal tujuan instruksional, kegiatan siswa, strategi mengajar guru.
3. Dalam
menyusun laporan pengajuan belajar siswa kepada para orang tuanya. Dalam
laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam
berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang didapatinya.
4. Dapat
digunakan untuk menilai berbagai aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan
psikomotorik.
5. Dapat
memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak
lain, karena diperoleh langsung dari proses belajar siswa baik di kelas,
laboratorium, lapangan, dan lain-lain.
Teknik non-tes
merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa yang umumnya
bersifat kualitatif. Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penilaian
dengan tidak mengunakan tes. Umumnya digunakan untuk menilai kepribadian anak
secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan,
riwayat hidup dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam
pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Dalam
hubungannya dengan memahami kesulitan belajar siswa, berikut macam – macam
teknik non tes yang dapat dilakukan:
A.
Teknik
Observasi
Observasi adalah
suatu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan yang bertujuan untuk
mendapatkan data tentang suatu masalah sehingga diperoleh suatu pemahaman dan
dilakukan secara langsung, seksama dan
sistematis. Sehingga pengamatan memungkinkan untuk melihat dan mengamati
sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan
sebenarnya. Observasi yang intensif bisa dilakukan baik di dalam maupun di luar
kelas. Pengamat mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilaku siswa,
terutama dalam mengikuti pelajaran maupun dengan teman-temannya. Pengamatan ini
bertujuan untuk mengetahui keseharian peserta didik yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
Dalam
teknik observasi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya :
1. Rencanakan
terlebih dahulu observasi yang akan dilakukan, meliputi : Apa yang akan
diobservasi , dimana letak lokasi observasi, kapan observasi akan dilakukan,
siapa yang akan melaksanakan observasi tersebut, siapa yang akan diobservasi,
bagaimana melaksanakan observasi tersebut.
2. Lengkapilah
dengan catatan selama observasi.
3. Kaji
ulang hasil observasi dengan individu-individu yang terlibat.
Hal – hal yang
tidak boleh dilakukan dalam observasi, yaitu:
·
Menggangu kerja individu yang diobservasi maupun
individu lainnya.
·
Terlalu menekankan pada pekerjaan-pekerjaan yang tidak
penting.
a.
Tujuan utama
observasi
Tujuan utama observasi
antara lain :
1. Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu
fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
2. Mengukur
perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara
peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama
kecakapan sosial (social skill).
3. Menilai
tingkah laku individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun
situasi yang sengaja dibuat.
Dalam evaluasi
pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan
lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan
guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial
sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial
lainnya.
b.
karakteristik
teknik observasi
karakteristik teknik
observasi antara lain :
1. Mempunyai
arah dan tujuan yang jelas.
2. Bersifat
ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan
rasional.
3. Terdapat
berbagai aspek yang akan diobservasi.
4. Praktis
penggunaannya.
c.
jenis-jenis
teknik observasi:
Menurut cara dan tujuannya
observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
a.
Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif dalah
observasi dimana orang yang mengobservasi (observer)
ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya.
Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukanoleh objeknya. Atau evaluator
berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka
b.
Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi
yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori
atau kriteria, masalah yang akan diamati. Sedangkan
observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat
stuktur ketegori yang akan diamati.
c.
Observasi Eksperimental meupakan observasi dimana
pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok yang diamati namun dapat
mengendalikanunsur-unsur tertentu sehingga tercipta tujuan yang sesuai dengan
tujuan observasi. Observasi jenis ini memungkinkan evaluator untuk mengamati
sifat-sifat tertentu dengan cermat. Observasi eksperimental terjadi jika
pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.
Jika kita
melihat dari dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Observasi
berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan
terlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur
kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi
dengan jelasdan tegas.
2. Observasi
tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak dibatasi
oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan obeservasi hanya dibatasi oleh
tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat
dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu:
1.
Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara
langsung terhadap objek yang diselidiki.
2.
Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan
melalui perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3.
Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan
dengan caraikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang
diteliti.
d.
langkah-langkah
penyusunan pedoman observasi
Langkah-langkah
penyusunan pedoman observasi antara lain :
1. Merumuskan
tujuan observasi
2. Membuat
lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun
pedoman observasi
4. Menyusun
aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses belajar peserta
didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam pembelajaran.
5. Melakukan
uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi.
6. Merivisi
pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan
observasi pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengolah
dan menafsirkan hasil observasi
Berikut ini
contoh format observasio :
Contoh :
FORMAT
OBSERVASI AKTIVITAS MAHASISWA DAN DOSEN
DALAM
PERKULIAHAN RANCANGAN ITP
Pengamat :
............................. Kelas :
...........................................
Universitas :
............................. Tanggal :
...........................................
Bahan Kajian :
............................. Waktu :
...........................................
PETUNJUK
Amatilah aktivitas dosen dan setiap mahasiswa dalam
kelompok sampel selama kegiatan
perkuliahan berlangsung kemudian isilah format
observasi dengan prosedur berikut:
1.
Sebelum pembelajaran dimulai, observer sudah
mengetahui mahasiswa yang
ditentukan sebagai sampel sasaran pengamatan
2. Observer duduk pada posisi yang memudahkan
pengamatan sampel mahasiswa dan dosen.
3. Observasi dilakukan terhadap semua aktivitas
mahasiswa sampel dan dosen ; hasil pengamatan dicatat.
4.Setiap 3 menit observer melakukan pengamatan dan
selama 1 menit berikutnya pengamatannya dicatat pada tabel yang disiapkan
dengan cara menulis nomor kategori
kegiatan
5.Observasi dimulai sejak dosen mulai mengajar hingga
pembelajaran selesai.
KATEGORI
PENGAMATAN
Aktivitas Dosen
|
Aktivitas Mahasiswa
|
1.Menjelaskan/member
informasi (masalah)
2.Mengamati kegiatan
mahasiswa
3.Memotivasi dan
mengarahkan mahasiswa
4.Memberi scaffolding,
petunjuk/ membimbing kegiatan mahasiswa,
merespon pertanyaan.
5.Perilaku yang tidak
relevan dengan KBM
|
1.Mendengar/memperhatikan
penjelasan dosen/teman
2.Membaca (Buku, LKM)
3.Menulis yang
relevan dengan KBM (memecahkan masalah pada LKM, membuat
catatan, membuat rangkuman)
4.Mengukur dengan memakai
mistar dan kertas millimeter blok.
5.Berdiskusi/bertanya
antara mahasiswa dan dosen
6.Berdiskusi/bertanya
antar mahasiswa dan mahasiswa
7.Perilaku yang tidak
relevan dengan Perkulian
|
Disamping itu, teknik ini
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
a.
Kelebihan
teknik observasi :
Ø Data
yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi.
Kadang observasi dilakukan untuk mengecek validitas dari data yang telah
diperoleh sebelumnya dari individu-individu.
Ø Dapat
melihat langsung apa yang sedang dikerjakan, aktivitas yang rumit kadang-kadang
sulit untuk diterangkan.
Ø Dapat
menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak
fisik peralatan, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
Ø Dapat
mengukur tingkat suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu unit pekerjaaan tertentu.
b.
Kekurangan
teknik observasi :
Ø Pelaksanaannya
sering terganggu keadaan cuaca atau kesan yang kurang baik dari observer maupun
observi.
Ø Masalah
yang sifatnya pribadi sulit diamati.
Ø Apabila
memakan waktu lama, akan menimbulkan kejenuhan.
Ø Umumnya
orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan
pekerjaannya dengan tidak semestinya.
Ø Dapat
mengganggu proses yang sedang diamati.
Ø Orang
yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya
dan sering menutup-nutupi kejelekan-kejelekannya.
B.
Teknik
Wawancara / Interview
Wawancara adalah
suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber
data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan,
baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara bisa dilakukan dengan peserta
didik yang bersangkutan atau dengan guru, wali kelas, orang tua maupun
teman-temannya bila hal ini diperlukan. Wawancara bertujuan untuk memperoleh
informasi untukk menjelaskan suatu kondisi tertentu, melengkapi penyelidikan
ilmiah atau untuk mempengaruhi situasi atau orang tertentu. Adapun hal-hal yang
perlu dilakukan/diperhatikan dalam wawancara, yaitu :
a. Pewawancara
harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatatapa yang
sumber data berikan.Ia dapat menjadi seperti seorang penginterogasi, secara
tajam ia menyerang dengan menunjukkan kesalahan-kesalahan orang yang
diwawancarai, mengklarifikasi, menjadi pendengar yang baik. Suksesnya suatu
wawancara tergantung pada kemampuan melakukan kombinasi berbagai keterampilan
sesuai dengan tuntutan situasi dan orang yang diwawancarai.
b. Dalam
proses wawancara, pewawancara harus meredam egonya dan melakukan pengendalian
tersembunyi. Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan bahasa tubuh
orang yang diwawancarai, sambil berusaha menciptakan suasana santai yakni
suasana yang konduksif bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya,
berbagai pikiran muncul dibenak pewawancara ketika wawancara sedang
berlangsung. Seperti : Apa yang harus saya tanyakan lagi? Bagaimana nada bicara
orang yang diwawancarai ini? Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia
terlihat bicara jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
.
Wawancara dapat
di lakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Interview
bebas, responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa di
batasi oleh patokan-patokan yang telah di buat oleh subjek evaluasi
b. Interview
terpimpin, yaitu interview yang di lakukan oleh subjek evaluasi dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah di susun terlebih dahulu.
Berikut ini
merupakan langkah-langkah untuk melakukan wawancara:
a.
Merumuskan tujuan wawancara
b.
Membuat pedoman wawancara
c.
Menyususn pertanyaan yang sesuai dengan data yang
diperlukan.
d.
Melakukan uji coba
e.
Melaksanakan wawancara
a.
Kelebihan
teknik wawancara
Kelebihan teknik wawancara
antara lain :
1. Flexibility
Pewawancara dapat secara jelas mengajukan pertanyaan sesuai
dengan situasi yang dihadapi pada saat itu.Jika dia menginginkan informasi yang
mendalam maka dapat melakukan “probing”.Demikian pula jika ingin memperoleh
informasi tambahan, maka dia dapat mengajukan pertanyaan tambahan, bahkan jika
suatu pertanyaan dianggap kurang tepat ditanyakan pada saat itu, maka dia dapat
menundanya.
2. Nonverbal
Behavior
Pewawancara dapat mengetahui perilaku nonverbal, misalnya
rasa suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan
dijawaboleh sumber .
3. Question
Order
Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber
dapat memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan
dengan baik pula.
4. Respondent
alone can answer
Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber
yang telah ditetapkan. Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit
dan mendetail.
5. Completeness.
Pewawancara dapat memperoleh jawaban atas seluruh pertanyaan
yang diajukan.
b.
Kelemahan
teknik wawancara
Kelemahan teknik wawancara
antara lain:
1. Mengadakan
wawancara dengan individu satu persatu memerlukan banyak waktu dan tenaga dan
juga mungkin biaya.
2. Walau
dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam
menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi. Sering atribut (jenis kelamin, etnik,
status sosial, jabatan, usia, pakaian, penampilan fisik, dsb) sumber dan juga
pewawancara mempengaruhi jawaban.
3. Keberhasilan
wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara dalam melakukan
hubungan antar manusia (human relation).
4. Wawancara
tidak selalu tepat pada kondisi-kondisi tempat tertentu, misalnya di
lokasi-lokasi ribut dan ramai.
5. Sangat
tergantung pada kesediaan, kemampuan dan keadaan sementara dari subyek
wawancara, yang mungkin menghambat ketelitian hasil wawancara.
C.
Kuesioner / Angket
Angket(Questioner)
adalah alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui
tulisan.Angket ini berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada responden
untuk dijawabnya, dimana peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan
responden,yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan responden.Karena angket dijawab atau diisi oleh responden
dan peneliti tidak selalu bertemu langsung dengan responden, maka dalam
penyusunan angket perlu diperhatikan beberapa hal.Pertama, sebelum butir-butir
pertanyaan atau pernyataan ada pengantar atau petunjuk pengisian.Kedua,
butir-butir pertanyaan dirumuskan secara jelas menggunakan kata-kata yang lazim
digunakan (popular), kalimat tidak terlalu panjang. Dan Ketiga, untuk setiap
pertanyaan atau pernyataan terbuka dan berstruktur disediakan kolom untuk
menuliskan jawaban atau respon dari responden secukupnya.
Macam-macam
kuesioner, dapat di tinjau dari beberapa segi:
Ø Ditinjau
dari segi siapa yang menjawab
a. Kuesioner
langsung
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut
dikirimkan dan di isi langsung ileh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
b. Kuesioner
tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirim dan di
isi oleh bukan orang yang diminta keterangaanya.
Ø Ditinjau
dari segi cara menjawab
a. Kuesioner
tertutup
Kuesioner tertutup adalah
kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihn jawaban lengkap sehingga
pengisiannya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b. Kuesioner
terbuka
Kuesioner terbuka adalah
kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan
pendapatnya. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum
terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan
tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilij pilihan
jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta
pendapat seseorang.
Angket berdasarkan bentuknya
dibagi menjadi dua jenis,yaitu:
a. Angket
berstruktur merupakan angket yang menyediakan beberapa kemungkinan jawaban.
Angket jenis ini terdiri dari tiga bentuk:
1. Bentuk
jawaban tertutup, yaitu angket yang telah menyediakan alternative jawaban
2. Bentuk
jawaban tertutup tetapi alternative terakhir merupakan jawaban terbuka yang
dapat memberikan kesempatan kepada respondenuntuk memberikan jawaban secara
bebas.
3. Bentuk
jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan alternative jawaban berupa
gambar.
b. Angket
tidak berstruktur merupakan angket yang memberikanjawaban secara terbuka.
Angket ini memberikan gambaran lebih tentang situasi, namun kurang dapat
dinilai secara objektif dan tifak dapat diukur secara statistic sehingga data
yang diperoleh sifatnya umum.
Berikut ini merupakan
langkah-langkah menyusun angket.
1. Menyusun
kisi-kisi angket
2. Menyusun
pertaanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan.
3. Membuat
pedoman cara menjawab.
4. Melakukan
uji coba angket untuk mengetahui kelemahan angket tersebut.
5. Merevisi
angket berdasarkan hasil uji coba
6. Menggandakan
angket sesuai jumlah responden
a.
Kelebihan
angket
Kelebihan angket antara lain:
Ø Bila
lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode pengumpulan data yang paling mudah
adalah dengan angket.
Ø Pertanyaan-pertanyan
yang sudah disiapkan adalah merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau
responden dalam jumlah banyak.
Ø Dengan
angket akan memberi kesempatan mudah pada responden untuk mendiskusikan dengan
temannya apabila menemui pertanyaan yang sukar dijawab.
Ø Responden
dapat lebih leluasa menjawabnya dimana saja, kapan saja, tanpa terkesan terpaksa
karena tanpa dipengaruhi hubungan dengan peneliti atau penilai.
Ø Informasi
yang terkumpul lebih mudah karena homogen.
Ø Dapat
mengumpulkan data dari jumlah responden yang relatif banyak.
b. Kelemahan angket :
Kelemahan angket antara lain:
Ø Apabila
penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya spontan dengan metode ini adalah
kurang tepat.
Ø Metode
ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang pada pertanyaan yang ada.
Ø Jawaban
yang diberikan oleh responden akan terpengaruh oleh keadaan global dari
pertanyaan. Sangat mungkin jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan
dapat berubah setelah melihat pertanyaan dilain nomor.
Ø Ada
kemungkinan terjadi respons yang salah dari responden. Hal ini terjadi karena
kurang kejelasan pertanyaan atau karena keragu-raguan responden menjawab.
Ø Ada
kemungkinan angker diisi oleh orang yang bukan menjadi target.
Ø Target
menjawab berdasarkan altternatif jawaban yang tersedia
c.
Karakteristik
pertanyaan pada angket
Karakteristik
pertanyaan angket antara lain:
Ø Susun
kalimat sederhana tapi jelas
Ø Data
yang diberikan responden merupakan rahasia informasi yang dapat dipercaya.
Ø Anonim
: Nama dari responden seyogyanya bukan menjadi masalah yang penting dalam
penelitian.
Ø Pertanyaan
mudah dipahami oleh responden.
Ø Spesifik
: Pertanyaan harus dirumuskan secara spesifik dan jelas.
Ø Ambigiositas
: Bila pertanyaan bersifat mendua arti akan menyulitkan bagi responden untuk
menjawabnya. Contoh : Anda suka naik gunung dengan sepeda dan naik kuda? Disini
dua pertanyaan ditanyakan bersama.
Ø Faktual
: Pertanyaan seyogyanya bersifat meminta fakta bukan opini.
Contoh : beberapa orang terbunuh dalam peperangan itu?(fakta) . Bagaimana pendapat anda pada pembunuhan itu. (opini)
Contoh : beberapa orang terbunuh dalam peperangan itu?(fakta) . Bagaimana pendapat anda pada pembunuhan itu. (opini)
Ø Ketidakjelasan
atau kesamaran : Pertanyaan seyogyanya tidak mengandung ketidak jelasan atau
samar-samar keraguan. Contoh : Pada suatu pertandingan sepak bola, anda suka
bila ada taruhannya?
Ø Pertanyaan
seyogyanya tidak memberi petunjuk responden terarah pada suatu masalah
tertentu. Contoh : Bukankah anda berfikir bahwa menambah dosis obat yang
diminum membahayakan, bukan?
Ø Pertanyanan
hendaknya tidak mempersukar responden untuk menjawabnya.
Contoh : Berapa kali anda setiap hari mandi atau sikat gigi?
Contoh : Berapa kali anda setiap hari mandi atau sikat gigi?
Ø Pertanyaan
hendaknya jangan bersifat pribadi. Kecuali kalau perlu sekali, hindari
pertanyaan yang bersifat pribadi. Contoh : Apakah anda suka kawin lagi ?
Ø Petanyaan
hendaknya besifat logis. Tanpa bertanya “apakah anda mempunyai TV?” Sudah
ditanya “Program TV apa yang anda suka?”
D. Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau
keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat
dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap
dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup
(auto biography).
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang
selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek
evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau
sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua
dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat
diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil
belajar terhadap peserta didik.
E.
Sosiometri
Sosiometri adalah alat yang tepat untuk mengumpulkan data
mengenai hubungan - hubungan sosial dan tingkah laku sosial murid (I. Djumhur
dan Muh.Surya). Sosiometri adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari
suatu kelompok individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan
status sosial dari masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan
(Depdikbud). Sosiometri adalah alat untuk dapat melihat bagaimana hubungan
sosial atau hubungan berteman seseorang (Bimo Walgito).
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data
tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai
sedang (10 – 50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota
kelompok (WS. Winkel). Sosiometri adalah suatu alat yang dipergunakan mengukur
hubungan sosial siswa dalam kelompok (Dewa Ktut Sukardi,). Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sosiometri adalah suatu teknik
untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan
individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam
suatu kelompok.
Langkah dalam
menggunakan sosiometri:
a. Memberikan
petunjuk atau pertanyaan. Misal: tuliskan pada selembar kertas nama temanmu
yang paling baik.
b. Mengumpulkan
jawab yang sesungguhnya dari peserta didik.
c. Memasukan
jawabanke dalam tabel.
d. Gambarkan
jawaban dalam sebuah sosiogram.
a.
Macam – macam
Sosiometri
Tes Sosiometri ada dua macam, yaitu :
1. Tes
yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai
pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu ( criterium ) bersama
sama dengan teman-teman yang dipilih.
2. Tes
yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap
teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
Tes sosiometri jenis pertama paling sering digunakan di
institusi-institusi pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan hubungan
sosial dalam kelompok,sedangkan jenis yang kedua jarang digunakan, dan inipun
untuk mengetahui jaringan hubungan sosial pada umumnya saja.
b.
Ciri khas
penggunaan angket sosiometri:
Ciri khas
penggunaan angket sosiomeri atau tes sosiometri , yang terikat pada situasi
pergaulan sosial atau kriterium tertentu.
1. Dijelaskan
kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan kelas, bahwa
akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil (4-6 orang ) dalam rangka
mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas, rekreasi
bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan
social yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
2. Setiap
siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman di
dalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu.
Jumlah teman yang boleh dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan pilihan
pertama, kedua, dan ketiga.Yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu bukanlah
jaringan hubungan sosial yang sekarang ini sudah ada, melainkan keinginan
masing-masing siswa terhadap kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal pembentukan
kelompok. Pilihan-pilihan itu dapat berubah, bila tes sosiometri diterapkan
lagi pada slain kesempatan terhadap kegiatan lain (kriterium berbeda ). Ada
kemungkinan siswa akan memilih teman-teman yang lain untuk belajar bersama di
kelas, dibanding dengan pilihan-pilihannya untuk pergi piknikbersama.
Pilihan-pilihan siswa tidak menyatakan alasan untuk memilih, kecuali bila hal
itu dinyatakan dalam tes. Pilihan-pilihan juga tidak menyatakan tentang sering
tidaknya bergaul dengan teman-teman tertentu, atau intim tidaknya pergaulan
dengan teman-teman tertentu; bahkan tidak mutlak terungkapkan taraf popularitas
siswa tertentu, dalam arti biasanya mempunyai banyak teman, beberapa teman atau
sama sekali tidak mempunyai teman.
3. Setiap
siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud, dan
mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
4. Pilihan-pilihan
dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan.
Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enak pada siswa, yang tidak suka
pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri
kerahasiaan juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak
seluruhnya sesuai dengan pilihan-pilihan siswa.
5. Biasanya
siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih dalam urutan tidak
begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama sekali tidak disukai.
menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan sebagai beban psikologis.
6. Tenaga
kependidikan yang dapat menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang studi,
wali kelas, dan tenaga ahli bimbingan, tergantung dari kegiatan yang
akandilakukan.
c.
Tahap-tahap
Pelaksanaan Sosiometri
Tahap
pelaksanaan sosiometri yaitu:
1. Tahap
Persiapan. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki. Memberikan informasi
atau keterangan tentang tujuan penyelenggaraan sosiometri. Mempersiapkan angket
sosiometri.
2. Tahap
Pelaksanaan. Membagikan dan mengisi angket sosiometri. Mengumpulkan kembali dan
memeriksa apakah angket sudah diisi dengan benar.
3. Tahap
Pengolahan. Memeriksa hasil angket, Mengolah data sosiometri dengan cara
menganalisa indeks, menyusun table tabulasi, membuat sosiogram.
d.
Kegunaan
Sosiometri :
Sosiometri dapat
dipergunakan untuk :
1. Memperbaiki
hubungan insani.
2. Menentukan
kelompok kerja
3. Meneliti
kemampuan memimpin seseorang individu dalam
kelompok tertentuuntuk suatu kegiatan tertentu.
4. Mengetahui
bagaimana hubungan sosial / berteman seorang individu denganindividu lainnya.
5. Mencoba
mengenali problem penyesuaian diri seorang individudalamkelompok sosial
tertentu.
6. Menemukan
individu mana yang diterima / ditolak dalam kelompok social tertentu.
e.
Norma-norma
Sosiometri:
Baik tidaknya
hubungan sosial individu dengan individu lain dapat dilihat dari beberapa segi
yaitu :
1. Frekuensi
hubungan, yaitu sering tidaknya individu bergaul. makin sering individu
bergaul, pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya.
Bagi individu yang mengisolir diri, di mana ia kurang bergaul, hal ini
menunjukkan bahwa di dalam pergaulannya kurang baik.
2. Intensitas
hubungan, yaitu intim tidaknya individu bergaul. Makin
intim/mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan sosialnya makin baik.Teman intim merupakan teman akrab yang mempunyai intensitas hubungan yang mendalam.
intim/mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan sosialnya makin baik.Teman intim merupakan teman akrab yang mempunyai intensitas hubungan yang mendalam.
3. Popularitas
hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul. Makin banyak teman di dalam
pergaulan pada umumnya dapat dinyatakan makin baik dalam hubungan sosialnya. Faktor
popularitas tersebut digunakan sebagai ukuran atau kriteria untuk melihat baik
tidaknya seseorang dalam hubungan atau kontak sosialnya.
f.
Manfaat
Sosiometri:
Manfaat
Sosiometri dalam Bimbingan. Dengan
mempelajari data sosiometri seorang konselor dapat :
Ø Menemukan
murid mana yang ternyata mempunyai masalah penyesuaian diri dalam kelompoknya.
Ø Membantu
meningkatkan partisipasi sosial diantara murid-murid dengan penerimaan
sosialnya.
Ø Membantu
meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah pergaulan yang
sedang dialami oleh individu tertentu.
Ø Merencanakan
program yang konstruktif untuk menciptakan iklim sosial yang lebih baik dan
sekaligus membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas tertentu.
Cara untuk
menciptakan suasana / iklim sosial yang baik : Membentuk kelompok belajar /
kelompok kerja, mempersatukan kelompok minoritas di dalam satu kelas,
Menciptakan hubungan baik dan harmonis, membangun perasaan berhasil dan
berprestasi, hendaknya ditanamkan rasa bahwa kalau kompak, akan berhasil baik.
F.
Study
Kasus (case study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses
tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta
didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau
kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga percayaan inti dalam
studi kasus, yaitu:
·
Mengapa
kasus tersebut bisa terjadi?
·
Apa
yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
·
Bagaimana
pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan,
dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta
didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah
laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih
dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai
teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview
, yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan
antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan
kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi
kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat
mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya
dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi
kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta
didik itu saja.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
tujuan dan pembahasan di atas maka dapat di kemukakan beberapa kesimpulan
yaitu:
Ø Teknik
nontes merupakan prosedur pengumpulan data untuk memperoleh gambaran terutama
mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian siswa yang bersifat kualitatif
Ø Jenis-jenis
teknik nontes meliputi :
·
Teknik Observasi
·
Teknik Wawancara / Interview
·
Kuesioner / Angket
·
Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)
·
Sosiometri
·
Study Kasus (case study)
B.
Saran
Diharapkan
para pendidik memahami bahwa evaluasi non tes juga sangat penting
disamping evaluasi tes. Karena tidak hanya dapat menilai berbagai aspek
kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik dari peserta didik sehingga
dapat dijadikan panduan untuk meningkatkan kualitas kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin.
1999. Psikologi Belajar. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Wiriaatmadja,
Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar